Senin, 10 Januari 2011

VITAMIN YANG LARUT DALAM LEMAK

PENDAHULUAN

            Istilah vitamin pertama kali digunakan pada awal abad XX ketika EIJKMAN dan kawan-kawan menemukan zat yang bisa digunakan untuk mengobati penyakit beri-beri. Vladimir Funk yang pertama kali memberi nama tersebut menyangka bahwa zat tersebut mengandung ikatan organik amine.

            Dalam perkembangan selanjutnya vitamin disebutkan sebagai suatu senyawa organik yang pada umumnya tidak bisa disintesa oleh tubuh sehingga harus disediakan oleh tubuh walaupun sangat mutlak dibutuhkan oleh tubuh. Ada beberapa jenis vitamin yang bisa dibuat oleh tubuh kita sendiri yaitu dengan cara mengubahnya dari ikatan organik lain. Ikatan organik ini disebut sebagai prekursor vitamin atau provitamin. Beberapa jenis vitamin yang mempunyai prekursor adalah vitamin A, vitamin D, dan vitamin C (khusus pada tikus).

            Secara umum fungsi vitamin berhubungan erat dengan fungsi enzim. Enzim merupakan katalisator organik yang menjalankan dan mengatur reaksi-reaksi biokimia di dalam  tubuh. Kelompok vitamin B pada umumnya mempunyai fungsi ini. Disamping itu ada jenis vitamin yang dirubah menjadi hormon di dalam tubuh kita.

            Masing-masing vitamin dibutuhkan badan dalam jumlah tertentu. Terlalu banyak maupun terlalu sedikit vitamin yang tersedi a di dalam tubuh akan memberikan efek gangguan pada kesehatan. Kelebihan cadangan vitamin yang disebut juga Hypervitaminosis pada umumnya terjadi pada kelompok vitamin yang larut dalam lemak sedangkan hipovitaminosis (keadaan kurang) atau avitaminosis (keadaan sangat kurang dan sudah timbul gejala klinis) bisa terjadi baik pada kelompok yang larut dalam lemak maupun dalam air. 

            Seperti disebutkan diatas, melihat kelarutannya vitamin dibedakan menjadi dua bagian yaitu, vitamin yang larut dalam lemak meliputi Vitamin A,D,E,K dan vitamin yang larut dalam air yaitu vitamin B dan kelompoknya dan vitamin C.

 

VITAMIN A

            Di Indonesia vitamin A merupakan masalah masyarakat, karena dulu banyak anak Indonesia yang menderita kekurangan vitamin ini.

            Saat ini walaupun prevalensinya sudah sangat menurun tetapi defisiensi vitamin A di Indonesia masih dianggap sebagai masalah gizi masyarakat.

Karena begitu populernya masalah ini di Indonesia, kita bahkan mempunyai istilah tersendiri bagi penderita defisiensi, yang kemudian dikenal sebagai penyakit buta ayam atau rabun senja.

 

Nomenklatur

            Beberapa istilah yang ada dalam pembicaraan vitamin A adalah retinol, retinoid, caroten dan carotenoid. Bentuk vitamin A sendiri sebenarnya adalah retinol. Bentuk esternya dikenal sebagai ester retinil, bentuk aldehidnya disebut dengan retinaldehida atau retinal, sedangkan bentuk asamnya disebut dengan asam retinoat.

            Bentuk provitamin A yang akan menjadi vitamin A adalah karotenoid. Ada 400 jenis karotenoid sedangkan yang layak ditentukan sifat-sifatnya hanya 30 jenis. Bentuk karotenoid yang paling aktif adalah b caroten.

            Vitamin A dan karotenoid tersedia dalam bentuk alami maupun buatan. Dan banyak pula bentuk retinoid yang digunakan sebagai obat anti kanker.

 

Sumber vitamin A

            Vitamin A banyak dijumpai pada makanan yang bersumber dari susu seperti butter, dan keju, kuning telur, ikan yang berlemak dan pada hati. Bahan makanan yang paling banyak mengandung vitamin A natural adalah minyak dari hati ikan. Karoten pada tumbuh-tumbuhan terutama berada pada chloroplas oleh karena dialah yang melakukan fotosintesis oleh klorofil. Oleh karena itu bahan makanan berasal dari tanaman, yang banyak mengandung vitamin A adalah bahan makanan yang berwarna.

            vitamin A pada umumnya bersifat stabil. Kehilangan sedikit akan terjadi bila dia dipanaskan dalam minyak goreng atau mentega susu (butter). Banyak vitamin A akan rusak bila bahan makanan dikeringkan dibawah sinar matahari secara terbuka.

 

Kebutuhan

            Beberapa perbedaan ukuran yang perlu dipahami adalah perbedaan besaran untuk retinol, karotenoid dan karoten. Perbedaan tersebut adalah sebagai berikut

            1,0 mg. Retinol Equivalent (R.E.) =    1,0 mg retinol

                                                                         6,0 mg  b karoten

                                                                       12,0 mg provitamin karotenoid yang lainnya

                                                                         3,3 (IU) international unit Retinol

                                                                         9,9 (IU) b karoten

            Kebutuhan seseorang untuk vitamin A tidak berbeda dengan nutrient lainnya yaitu sangat tergantung dari umur, jenis kelamin dan beberapa faktor lainnya. Begitu juga penulisan kebutuhan vitamin A yang dianjurkan disetiap negara berbeda-beda juga. 

 

Fungsi Vitamin A

            Vitamin A mempunyai beberapa macam fungsi diantaranya adalah fungsi untuk penglihatan, fungsi dalam metabolisme umm dan fungsi reproduksi.

            Sebagai fungsi penglihatan karena retina mata manusia mempunyai empat fotopigmen yang mengandung vitamin A. Keempat fotopigmen tersebut adalah rodopsin dari sel-sel batang (rod) dan iodopsin dari sel kerucut yang jumlahnya ada 3.

              Fungsi dalam metabolisme umum tampak dari kaitannya dengan metabolisme protein. Pada epithel permukaan (kulit), defisiensi menyebabkan integritas epitel terganggu sehingga terjadi xerosis pada kulit. Pada anak Balita, defisiensi vitamin A menimbulkan hambatan pertumbuhan yang diduga disebabkan oleh gangguan pada sintesa protein yang dikatalisir oleh vitamin A. Pada gigi, defisiensi vitamin A mengganggu terbentuknya ameloblast yang sanagt berpengaruh terhadap pembentukan odontoblast. Odontoblast yang kurang menyebabkan dentin yang terbentuk akan mudah mengalami karies. Sedangkan secara invitro vitamin A mempengaruhi permeabilitas membran yang mengatur konsentrasi zat gisi di dalam sel.

             Pengaruhnya terhadap fungsi reproduksi, diketahui bahwa defiensi vitamin A menyebabkan kemandulan pada hewan percobaan. Baik pada yang jantan maupun yang betina. Hal ini diduga karena pegaruh vitamin A pada hormon-hormon steroid.

 

Penggunaan Klinis Vitamin A

            Dalam dosis yang tinggi vitamin A sangat effektif untuk menyembuhkan kelainan kulit. Pengaruh vitamin A terhadap penyembuhan kelainan kulit khususnya bentuk kulit yang bersisik atau mengalami pengerakan (keratinisasi) belum diketahui dengan pasti.

            Saat ini sedang dicobakan efek vitamin A terhadap pencegahan kanker, karena beberapa retinoid ternyata sangat aktif terhadap sel-sel tumor yang dapat ditransplantasi.

 

Pengukuran Status Vitamin A

            Status vitamin A diukur dari kemampuan orgam tubuh untuk menyimpan vitamin A dan beberapa keadaan yang mempengaruhinya. Organ utama yang bisa menyimpan vitamin A dalam jumlah yang besar adalah hati. Sedangkan status vitamin A diukur dari cadangan vitamin A dalam hati, keadaan dalam serum retinol, cytology conjungtiva, tampilan klinis pada mata (xerophthalmia).


a. Cadangan dalam hati

            Pada percobaan binatang dan pada studi pada manusia diketahui bahwa cadangan minimal vitamin A dalam hati baik pria maupun wanita adalah 0,07 mmol./gr. atau 20 mg/gr. hati. Dua jenis test yang digunakan untuk pengujian ini adalah test RDR (Relative Dose Respons) dan test MRDR (Modified Relativ Dose Respons). Test tersebut mengukur cadangan vitamin A dalam hati secara tidak langsung melalui plasma assay. Yang diperhitungkan disini adalah perbedaan kadar serum retinol sebelum dan 5 jam sesudah pemberian retinyl palmitate yang kemudian dibagi dengan keadaan final dan dinyatakan dalam persen. Bila hasilnya menunjukkan angka kisaran 50-20 % menunjukkan keadaan simpanan yang marginal dan bila >50% menunjukkan defisensi.

 

b. Serum retinol

            Plasma vitamin A (serum retinol) sebetulnya tidak bisa menunjukkan keadaan defisiensi maupun keracunan. Hal ini disebabkan karena kemampuan hati untuk menyimpan vitamin A besar sekali. Oleh karena itu bila sudah terjadi kelainan baik berbentuk lebih atau kurang, keadaannya menunjukkan fase final yang harus disertai dengan kelainan klinis. Tetapi oleh karena standard sudah ada maka pemeriksaan ini dimasukkan oleh WHO sebagai salah satu standard di masyarakat.

 

            Standard yang dimaksud adalah sebagai berikut :

STATUS

Plasma vitamin A

mmol/l

mg/dl

Defisien

< 0,35

<10

Marginal

0,35-0,70

10-20

Memuaskan

0,70-1,75

20-50

Kelebihan

1,75-3,50

50-100

Keracunan

> 3,50

> 100

c. Sitologi konjungtiva

            Tes ini bersifat noninvasip dan bisa dipakai untuk menguji defisiensi tingkat subklinik. Yang dicari adalah perubahan histologis pada sel bulbar conjugtiva, seperti hilangnya sel goblet, perubahan xerotic dan munculnya genangan mucin. Tetapi belakangan ternyata diketahui bahwa keadaan infeksi mata yang kronis, trauma lokal oleh karena debu, asap dan sinar ultraviolet juga bisa mempengaruhi keadaan ini. Sehingga test kemudian dianggap mempunyai tingkat spesifisitas yang rendah.

 

d. Manifestasi pada mata

            Keadaan ini jelas dimunculkan sebagai Xerophthalmia dengan segala tingkatannya. Dengan dimulainya keadaan rabun senja maka serum retinol pasti dijumpai menurun. Sebelum kejadian ini, pada penderita yang cooperatif bisa dilakukan uji dengan adaptometri gelap.

            Beberapa tahapan dari xerophthalmia adalah

            - Rabun Senja                          Night blindnes(XN)

            - Serosis konjungtiva                Conjunctival xerosis (X1A)

            - Serosis kornea                       Corneal xerosis (X1B

            - Ulkus kornea awal                 Corneal ulceration < 1/3 corneal surface (X3A)

            - Ulkus kornea lanjut                Corneal ulceration ³ 1/3 corneal surface (X3B)

            - Skar kornea                           Corneal scar (XS)

            - Xerophthalmic fundus (XF)

             Istilah Keratomalacea dinyatakan oleh karena adanya ulkus pada kornea.

 

Defisiensi Vitamin A

            Manifestasi klinik yang menunjukkan defisiensi vitamin A sampai saat ini adalah Xerophthalmia. Xerophthalmia sendiri masih dianggap sebagai sumber utama kebutaan yang terjadi pada anak-anak. Kejadian tertinggi didunia adalah di Asia Tenggara, Afrika Amirika latin dan Amirika timur. Di Indonesia sendiri prevalensinya adalah

            Disamping karena intake yang sangat rendah, beberapa keadaan yang dapat diakatakan sebagai penyebab endogen dari keadaan defisensi vitamin A adalah Penyakit usus (coeliac disease), sprue, obstructive jaundice, ascariasis, giardiasis, partial atau total gastrectomi, yang menyebabkan absorpsi lemak termasuk vitamin A berkurang.

             Pancreatitis kronis, menyebabkan enzym lipase kurang produksinya. Selain itu juga oleh karena merupakan akibat sekunder dari Zn defisiensi.

              Cystic fibrosis, menyebabkan banyaknya zat makanan yang keluar melalui kotoran termasuk vitamin A Enzyme defect, menyebabkan kegagalan perubahan b karoten di usus halus. Penyakit haati kronis terutama Cirrhosis, menyebabkan berkurangnya penyimpanan dan merupakan faktor predisposisi timbulnya Zn defisensi juga.

 

Menurunnya plasma RBP.

            Secara epidemiologis xerophthalmia terutama terjadi pada anak-anak berusia sampai dengan 4 tahun yang mengalami defisiensi makanan untuk waktu yang cukup lama. Hal ini disebabkan karena usia ini merupakan usia rawan dan kekurangan vitamin A sudah terakumulasi. Laki-laki lebih banyak yang terkena dan prevalensinya ternyata juga dipengaruhi oleh musim. Penyakit-penyakit yang biasanya menjadi faktor predisposisi adalah campak, gastroenteritis dan penyakit saluran pernapasan.

 

Pengobatan

            Pada semua tingkat xerophthalmia, anak berusia 1-6 tahun seharusnya menerima 200.000 IU (66.000 mg) retinil palmitat. Bila anak menderita muntaber maka pemberian dianjurkan melalui suntikan.Pemberian diulang setiap hari sampai ± selama 4 minggu. Anak berusia < 1 tahun diberikan  setengah dosis. Pada ibu hamil/ wanita sedang masa reproduksi pembrian harus dilakukan dengan hati-hati karena vitamin A bersifat terratogenik.

 

Morbiditas dan mortalitas.

            Tingkat kematian pada anak yang menderita defisiensi ternyata cukup tinggi. Pada studi di Indonesia dan Nepal menunjukkan bahwa risiko kematian oleh karena penyakit pernafasan dan gastrointestinal meningkat pada penderita xerophthalmia ringan. Risiko ini berkurang dengan suplementasi vitamin A.

 

Pencegahan

            Untuk program pencegahan, pemberian kapsul vitamin A dengan dosis 200.000 IU diberikan 4-6 bulan sekali disarankan W.H.O untuk kelompok sasaran anak prasekolah, dan ibu menyusui.

            Disamping itu fortifikasi vitamin A pada gula, MSG dinyatakan cukup berhasil dalam mengurangi kejadian defisiensi di masyarakat.

 

Toksisitas

            Keracunan vitamin A bisa terjadi secara akut, kronis. Kejadian akut yang disebabkan oleh intake vitamin A yang terlalu tinggi menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial pada anak. Manifestasi yang muncul antara lain adalah muntah, sakit kepala dan papiledema. Bila terlalu tinggi maka anak akan mengalami kelesuan, muntah yang keras dan gangguan pada kulit. Bila vitamin A distop maka keadaan akan membaik tanpa efek sisa.

            Keracunan kronis terjadi karena intake yang 10 kali lebih tinggi dari anjuran dilakukan dalam waktu yang lama.Gejala yang muncul seperti rambut rontok, sakit kepala, kulit kering dan gatal, hepatospleenomegali, nyeri pada tulang dan sendi pada umumnya tidak spesifik kecuali dilakukan anamnesa yang teliti terhadap riwayat minum obatnya. Seperti halnya dengan keracunan akut maka yang khronispun akan sembuh sempurna tanpa sisa bila vitamin A segera dihentikan.

            Hypercarotenosis terjadi pada orang yang mengkonsumsi dalam jumlah besar karotenoid yang terdapat pada sayuran berdaun hijau atau kuning, wortel, tomat atau jeruk lemon. Pada saat ini total karotenoid plasma juga meningkat, tetapi keadaan ini bisa juga terjadi pada pendererita D.M., hypotiroid, anoreksia nervosa dan hiperlipidemic proses. Pada keadaan kulit penderita akan tampak kuning khususnya di lokasi nasolabial, kepala depan, ketiak, juga pada telapak tangan atau kaki. Hal ini karena sekresi karotenoid melalui kelenjar sebacea. Dan keadaan ini tidak berbahaya.

 

VITAMIN D (CALCIFEROL)

            Vitamin D adalah bentuk generik dari dua molekul yaitu Ergocalciferol (vitamin D2) yang diperoleh dari penyinaran/radiasi terhadap sterol tumbuhan (Ergosterol) dan Cholecalciferol (vitamin D3) di alam yang diperoleh dari penyinaran/radiasi terhadap 7-dehydrocholesterol yang terdapat dalam tubuh manusia/hewan. 

 

Metabolisme vitamin D

            Didalam tubuh manusia sudah ada prekursor vitamin D (tidak aktif) yang terletak di lapisan lemak bawah kulit dan berfungsi sebagai prohormon. Supaya menjadi aktif jenis vit. D3  memerlukan proses aktivasi oleh sinar matahari dan dua kali proses hidroksilasi. Aktivasi oleh sinar matahari terjadi di stratum spinosum dan stratum basale dan memerlukan cahaya dengan panjang gelombang 280-320 nm. Disini 7 dehydrocholesterol dirubah menjadi cholecalciferol. Kemudian vitamin D3 setengah jadi ini dibawa oleh darah menuju ke hati dimana kemudian dia dihydroksilasi pertama kali oleh enzym 25-hydroksilase menjadi 25-hydroksi cholecalciferol. Konversi berikutnya adalah di ginjal dimana dia dihydroksilasi kembali menjadi 1.25 dihydroksi cholecalciferol.  Konversi ini membutuhkan hormon Parathyroid, dan bentuk aktif 1,25 dihydroksi cholecalciferol inilah yang berperan aktif dalam sintesa Ca binding Protein (CaBP), sehingga vitamin ini dimasukkan kedalam kelompok hormon.. 

 

Fungsi

Kegiatan vitamin D tampak pada hal-hal sebagai berikut:

            Meningkatkan absorpsi Calsium dan Phospat di dalam usus. Komposisi terbaik kedua jenis mineral ini adalah 1:1. Penyerapan Ca di usus dilaksanakan melalui mekanisme Ca binding Protein (CaBP) yang sintesanya diatur oleh 1.25 dihydroksi cholecalciferol. Penyerapan Calsium merupakan hasil kerja sama antara CaBP dan cAMP, tetapi mekanismenya belum terlalu jelas.

            Mendorong pembentukan garam Ca di organ yang memerlukan. Garam Ca ini berguna untuk memperkuat struktur jaringan seperti tulang dan gigi. 1,25 dihydroksi calciferol dan hormon parathyroid mengatur pembentukan garam Ca dalam jaringan keras dan pelepasan Ca melalui CaBP. Berpengaruh dalam peingkatan resorbsi Phospat dalam tubuli ginjal sehingga meningkatkan keseimbangan Ca dan Phospat dalam jaringan untuk sintesa garam Ca phospat.

 

Kebutuhan

            Kebutuhan secara pasti tidak diketahui karena vitamin ini bisa disentesa dari jenis cholesterol tertentu yang terdapat pada jaringan dibawah kulit. Tetapi bahwa konsumsi 400 SI sehari sudah dianggap mencukupi kebutuhan untuk semua umur.

 

Defisiensi

            Defisiensi menimbulkan penyakit rakhitis/riketsia pada anak-anak atau osteomalacea pada orang dewasa. Anak-anak akan mengalam gangguan pertumbuhan karena proses penulangan yang terganggu. Disamping itu anak yang menderita riketsia akan mudah mengalami infeksi karena melemahnya pagositosis neutrophyl, anemia dan berkurangnya proses selulasi sumsum tulang.

            Konsumsi berlebih vitamin D memberikan gejala Hypervitaminosis. Kondisi ini terjadi pada anak-anak yang mendapatkan tetes konsentrat minyak ikan yang terlalu banyak dan jangka waktunya lama. Hypervitaminosis memberikan gejala pengapuran paa organ yang tidak seharusnya misalnya dalam ginjal. 

 

VITAMIN E

            Vitamin E atau alpha tocopherol merupakan senyawa organik yang larut dalam minyak dan pelarut lemak lainnya dan mempunyai viskositas yang tinggi. Vitamin ini tahan terhadap suhu, alkali dan asam. Oleh karena ikatan rangkapnya maka kelompok vitamin ini mudah sekali teroksidasi sehingga disebut juga sebagai kelompok reduktor yang kuat.

 

Metabolisme

            Vitamin ini diserap oleh usus melalui jalan yang sama dengan penyerapan lemak. Sesampainya di kel. lymphe, bersama lemak yang lain dibawa ke ductus Thorasicus. Jumlah yang diserap adalah antara 70-95 % tergantung dari kadar vit E yang diigesti dan adanya kompetitor yang dalam hal ini adalah Vitamin A dan PUFA.

 

Fungsi

            Fungsi vitamin E berhubungan erat dengan sifatnya yaitu sebagai anti oksidan alamiah dan hubungannya dengan metabolisme Selenium. Kedua fungsi ini melindungi sel dari daya destruktip peroksida di dalam jaringan.

            Peroksida hasil metabolisme ini sanggup untuk menghancurkan Phospolipid pada struktur membran sel dan subseluler. Vitamin E melalui kemampuannya meniadakan ikatan peroksida, mampu mencegah proses penghancuran ini pada tingkat yang pertama sedangkan pada tingkat yang kedua dilakukan oleh enzim peroksidase glutation.

 

Defisiensi

            Kekurangan vitamin E menunjukkan tanda-tanda kerusakan membran sel dan keluarnya isi sel ke cairan eksternal. Beberapa penyakit yang dilatar belakangi oleh defisiensi ini adalah myopati, neuropati dan nekrosis hati.

 

Kebutuhan

            Berapa kebutuhan vitamin E secara pasti sulit untuk ditentukan. Hal ini disebabkan karena tanda klinis difisiensi tidak selalu muncul. Disamping itu kebutuhan ini juga dipengaruhi oleh komposisi diet dan aktivitas biologis dari zat sejenisnya. Sehingga kalau kita mengkonsumsi banyak PUFA maka kita harus banyak pula mengkonsumsi vitamin E.

 

VITAMIN K

            Merupakan senyawa organik berbentuk ikatan quinon. Penamaan vitamin ini berbeda antara yang diusulkan oleh International Union for Protein and Applied Chemistry (IUPAC) dan yang diusulkan oleh International Union for Nutrition Science (IUNS). Bentuk induk vitamin K adalah Menadion (IUPAC) dan Menaquinon (IUNS). Selanjutnya derivat vitamin K disebut sesuai dengan jumlah isoprenoid yang menyusun rantai sampingnya.

 

Metabolisme

            Suplai vitamin K berasal dari bahan makanan dan dari sintesa oleh micro flora usus yang menghasilkan Menaquinone. Pada pemberian antibiotik dengan jumlah yang besar dan jangka waktu lama dan membunuh microflora dalam jumlah besar, sehingga penderita mungkin akan menderita defisiensi vit. K juga. Penyerapan dan transportnya di dalam tubuh mengikuti penyerapan dan transpot lemak sehingga bila penyerapan lemak terganggu maka penderita akan mungkin menderita gangguan vitamin K juga.

            Terdapat dalam konsentrasi tinggi di ginjal, paru-paru, kel. suprarenal, sumsum tulang dan lymphonodulus. Di dalam hati vitamin K dikonyugasikan dengan asam glukuronat dan asam sulfat untuk kemudian diekskresikan melalui urin.

 

Fungsi

            Vitamin K berfungsi dalam sintesa protrombin, yang diperlukan dalam proses pembekuan darah. Dengan kemajuan teori tentang pembekuan darah diketahui bahwa vitamin K tidak hanya berfungsi untuk mengsintesa protrombin tetapi juga untuk mengsintesa Faktor VII, Faktor IX dan Faktor X.

            Disamping itu vitamin K juga berfungsi pada transport elektron pada proses redoks di dalam jaringan/sel. Kekurangan vitamin K menimbulkan produksi ATP terganggu.

 

Sumber

            Seperti disebutkan diatas bahwa sumber vitamin K ada dua yaitu dari sumber bahan makanan dan bukan bahan makanan. Dari sumber makanan vitamin K terutama berasal dari tumbuhan berdaun hijau seperti Broccoli, bayam, petersely dan kubis. Makin hijau warna daun, makin tinggi konsentrasi vitamin K yang dikandungnya. Makin segar bahan makanannya, makin baik mutu vitamin Knya. Margarine dan minyak soya juga merupakan sumber yang baik. 

 

 

BAHAN BACAAN (BUKU ACUAN)

Ziegler, E.E.,  Filer, L.J., Present Knowledge in Nutrition, ILSI Press, Washington, 7th. ed. 1996.

Shils, M.E., Olson, J.A., Shike, M., Ross, A.C., Modern Nutrition in Health and Disease, Williams & Wilkins, Philadelphia, 9th. ed, 1999.

Garrow, J.S., James, W.P.T., Human Nutrition and Dietetics, Churchill Livingstone, London, 9th. ed., 1993.

Gibson, R.S., Principles of Nutritional Assessment,  Oxford University Express, Oxford,  1990.

Harris R.S., Karmas E., Nutritional Evaluation of Food Processing (Evaluasi Gizi pada Pengolahan Bahan Pangan), ITB, Bandung, 1989.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan anda berkomentar terkait dengan artikel (kesehatan), diharap jangan melakukan spam.