Senin, 03 Januari 2011

OBESITAS


  1. Obesitas
Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. Setiap orang memerlukan sejumlah lemak tubuh untuk menyimpan energi, sebagai penyekat panas, penyerap guncangan dan fungsi lainnya. (www.depkes.go.id)

  1. Fisiologi lemak tubuh
Rata-rata wanita memiliki lemak tubuh yang lebih banyak dibandingkan pria. Perbandingan yang normal antara lemak tubuh dengan berat badan adalah sekitar 25-30% pada wanita dan 18-23% pada pria. Wanita dengan lemak tubuh lebih dari 30% dan pria dengan lemak tubuh lebih dari 25% dianggap mengalami obesitas. Seseorang yang memiliki berat badan 20% lebih tinggi dari nilai tengah kisaran berat badannya yang normal dianggap mengalami obesitas.
Obesitas digolongkan menjadi 3 kelompok (Kopelman,G.D. 2000):
·         Obesitas ringan : kelebihan berat badan 20-40%
·         Obesitas sedang : kelebihan berat badan 41-100%
·         Obesitas berat : kelebihan berat badan >100% (Obesitas berat ditemukan sebanyak 5% dari antara orang-orang yang gemuk).
Perhatian tidak hanya ditujukan kepada jumlah lemak yang ditimbun, tetapi juga kepada lokasi penimbunan lemak tubuh. Pola penyebaran lemak tubuh pada pria dan wanita cenderung berbeda. Wanita cenderung menimbun lemaknya di pinggul dan bokong, sehingga memberikan gambaran seperti buah pir. Sedangkan pada pria biasanya lemak menimbun di sekitar perut, sehingga memberikan gambaran seperti buah apel. Tetapi hal tersebut bukan merupakan sesuatu yang mutlak, kadang pada beberapa pria tampak seperti buah pir dan beberapa wanita tampak seperti buah apel, terutama setelah masa menopause.
Seseorang yang lemaknya banyak tertimbun di perut mungkin akan lebih mudah mengalami berbagai masalah kesehatan yang berhubungan dengan obesitas. Mereka memiliki resiko yang lebih tinggi. Gambaran buah pir lebih baik dibandingkan dengan gambaran buah apel.
Untuk membedakan kedua gambaran tersebut, telah ditemukan suatu cara untuk menentukan apakah seseorang berbentuk seperti buah apel atau seperti buah pir, yaitu dengan menghitung rasio pinggang dengan pinggul. Pinggang diukur pada titik yang tersempit, sedangkan pinggul diukur pada titik yang terlebar; lalu ukuran pinggang dibagi dengan ukuran pinggul. Seorang wanita dengan ukuran pinggang 87,5 cm dan ukuran pinggul 115 cm, memiliki rasio pinggang-pinggul sebesar 0,76. Wanita dengan rasio pinggang:pinggul lebih dari 0,8 atau pria dengan rasio pinggang:pinggul lebih dari 1, dikatakan berbentuk apel (Surasmo, R, Taufan H. 2002).

  1. Teori Penyebab Obesitas
1. Set Point teory
Meskipun dikatakan bahwa orang obesitas lebih responsif pada isyarat- isyarat eksternal, mengapa ada orang-orang tertentu yang terpengaruh pada isyarat- isyarat eksternal tetapi tetap kurus? Nisbett (1972) mengemukakan model “set point” yang dapat menerangkan hal tersebut, bahwa secara natural orang dengan obesitas mempunyai “set point” lebih tinggi dari orang normal. Karena orang dengan obesitas berusaha mengelola berat badannya di bawah “set point” yang natural, ia akan terus menerus merasa lapar dan dengan demikian lebih responsive pada isyarat- isyarat yang berhubungan dengan makanan. Seseorang dengan berat badan normal, atau “ set point” mungkin berhubungan dengan jumlah sel-sel lemak di tubuhnya. Ditemukan dalam suatu eksperimen oleh Knittle,dkk, bahwa orang dengan obesitas mempunyai sel-sel lemak 3 kali lipat daripada orang dengan berat badan normal. Selain itu dinyatakan pula bahwa orang yang obesitas lebih responsive terhadap rasa, lebih emosional, dan kurang aktif dibandingkan orang dengan berat badan normal. (Misnadiarly. 2007)
2. Teori internal eksternal
Teori ini dikemukakan oleh Schacter (1968), dapat dipakai untuk menerangkan perilaku orang-orang obesesitas dan orang-orang dengan berat badan normal. Teori ini menyatakan bahwa perilaku makan orang dengan berat badan normal dikendalikan oleh isyarat-isyarat fisiologis internal (konstraksi perut), sedangkan perilaku makan orang obesitas lebih disulut oleh isyarat- isyarat lingkungan. Tetapi isyarat-isyarat lingkungan tersebut harus memikat dan merangsang. Misalnya, orang dengan obesitas akan sangat tertarik pada makanan yang tampak menggiurkan dan merangsang lidah daripada makanan yang tidak merangsang mata ataupun seleranya. Orang dengan obesitas tidak akan mau makan makanan yang tidak enak. (Misnadiarly, 2007)
3. Teori homeostatis
Walter B. Canon, psikolog dari Harvard di tahun 1932 mengembangkan konsep homeostatis, bahwa organisme selalu menghadapi perubahan dalam kebutuhan lingkungan maupun internal. Penyesuaian homeostatis pada perubahan ini tidak akan berakhir. Selanjutnya dinyatakan pula bahwa konstraksi perut merangsang munculnya dorongan lapar. Namun perilaku makan seseorang tidak sesederhana ini. Perilaku makan  tidak hanya dirangsang oleh konstraksi perut yang menimbulkan dorongan lapar. Ada faktor-faktor lain seperti faktor kognitif dan sosial dapat mempengaruhi perilaku makan. Misalnya, perilaku makan seseorang akan dipengaruhi oleh waktu, tempat, maupun suasana. Selain itu ada atau tidaknya orang lain yang juga makan atau derajat persetujuan ataupun tidaksetujuan sosial akan mempengaruhi perilaku makan.

  1. Faktor Penyebab Obesitas
Secara ilmiah, obesitas terjadi akibat mengkonsumsi kalori lebih banyak dari yang diperlukan oleh tubuh. Penyebab terjadinya ketidakseimbangan antara asupan dan pembakaran kalori ini masih belum jelas.
Terjadinya obesitas melibatkan beberapa factor (Satoto, Karjati, S. Dkk, 1998) :
1. Faktor genetik.
Obesitas cenderung diturunkan, sehingga diduga memiliki penyebab genetik. Tetapi anggota keluarga tidak hanya berbagi gen, tetapi juga makanan dan kebiasaan gaya hidup, yang bisa mendorong terjadinya obesitas. Seringkali sulit untuk memisahkan faktor gaya hidup dengan faktor genetik. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa rata-rata faktor genetik memberikan pengaruh sebesar 33% terhadap berat badan seseorang.
2. Faktor lingkungan.
 Gen merupakan faktor yang penting dalam berbagai kasus obesitas, tetapi lingkungan seseorang juga memegang peranan yang cukup berarti. Lingkungan ini termasuk perilaku/pola gaya hidup (misalnya apa yang dimakan dan berapa kali seseorang makan serta bagaimana aktivitasnya). Seseorang tentu saja tidak dapat mengubah pola genetiknya, tetapi dia dapat mengubah pola makan dan aktivitasnya.
3. Faktor psikis.
 Apa yang ada di dalam pikiran seseorang bisa mempengaruhi kebiasaan makannya. Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan makan. Salah satu bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri yang negatif. Gangguan ini merupakan masalah yang serius pada banyak wanita muda yang menderita obesitas, dan bisa menimbulkan kesadaran yang berlebihan tentang kegemukannya serta rasa tidak nyaman dalam pergaulan sosial.
Ada dua pola makan abnormal yang bisa menjadi penyebab obesitas yaitu makan dalam jumlah sangat banyak (binge) dan makan di malam hari (sindroma makan pada malam hari). Kedua pola makan ini biasanya dipicu oleh stres dan kekecewaan. Binge mirip dengan bulimia nervosa, dimana seseorang makan dalam jumlah sangat banyak, bedanya pada binge hal ini tidak diikuti dengan memuntahkan kembali apa yang telah dimakan. Sebagai akibatnya kalori yang dikonsumsi sangat banyak. Pada sindroma makan pada malam hari, adalah berkurangnya nafsu makan di pagi hari dan diikuti dengan makan yang berlebihan, agitasi dan insomnia pada malam hari.
4. Faktor kesehatan.
Beberapa penyakit bisa menyebabkan obesitas, diantaranya:
·         Hipotiroidisme
·         Sindroma Cushing
·         Sindroma Prader-Willi
·         Beberapa kelainan saraf yang bisa menyebabkan seseorang banyak makan.
5. Faktor obat-obatan.
Obat-obat tertentu (misalnya steroid dan beberapa anti-depresi) bisa menyebabkan penambahan berat badan.
6. Faktor perkembangan.
Penambahan ukuran atau jumlah sel-sel lemak (atau keduanya) menyebabkan bertambahnya jumlah lemak yang disimpan dalam tubuh. Penderita obesitas, terutama yang menjadi gemuk pada masa kanak-kanak, bisa memiliki sel lemak sampai 5 kali lebih banyak dibandingkan dengan orang yang berat badannya normal. Jumlah sel-sel lemak tidak dapat dikurangi, karena itu penurunan berat badan hanya dapat dilakukan dengan cara mengurangi jumlah lemak di dalam setiap sel.
7. Aktivitas fisik.
Kurangnya aktivitas fisik kemungkinan merupakan salah satu penyebab utama dari meningkatnya angka kejadian obesitas di tengah masyarakat yang makmur. Orang-orang yang tidak aktif memerlukan lebih sedikit kalori. Seseorang yang cenderung mengkonsumsi makanan kaya lemak dan tidak melakukan aktivitas fisik yang seimbang, akan mengalami obesitas.

  1. Tipe-tipe Obesitas
1.  Tipe Android
Tipe Android ditandai dengan adanya timbunan lemak pada pinggang, perut dan bagian atas perut. Bentuk tubuh android biasanya pada wanita yang sudah mengalami monopause. Dalam penelitian Vogue, seorang peneliti dari Perancis mengatakan bahwa tipe Android ini potensial beresiko lebih tinggi menderita penyakit yang berhubungan dengan metabolisme lemak dan glukosa seperti Diabetes Mellitus, Jantung Koroner, Stroke, Hipertensi (Rimbawan, 2004).
2.  Tipe Gynecoid
Gynecoid ditandai dengan adanya penumpukan lemak dibagian bawah perut seperti panggul, pantat dan paha. Pada tipe gynecoid lebih aman dibandingkan dengan tipe android, sebab lebih kecil kemungkinan mengalami resiko terkena penyakit (Rimbawan, 2004).
Penggolongan keadaan kegemukan menurut usia timbulnya (Satoto, Karjati, S. Dkk, 1998) :
a.  Kegemukan pada masa bayi (Infancy Onset Obesity)
 Kegemukan pada masa bayi perlu dihindari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari jumlah bayi yang menderita kegemukan pada usia enam bulan pertama ternyata lebih dari sepertiga menjadi gemuk pada usia dewasa.
b. Kegemukan yang timbul pada masa kanak- kanak (Childhood Onset Obesity)
Kegemukan pada masa kanak-kanak disebabkan perilaku makan yang salah dan kurangnya aktifitas fisik. Kelebihan lemak itu timbul antara usia dua tahun sampai usia remaja (pubertas).
c.  Kegemukan pada masa dewasa (Adult Onset Obesity)
Kelompok ini sering ditemukan dari pada kegemukan yang timbul pada masa kanak- kanak. Lemak tubuh yang berlebihan mulai menumpuk paling sering antara 20 – 30 tahun pada saat seseorang mulai mantap dalam karirnya. Karena kesibukan-kesibukan menyebabkan kurangnya waktu untuk melaksanakan olah raga, maka bila kurang hati- hati kegemukan mulai mengintai pada usia ini. (Wirakusumah, 1994)

  1. Klasifikasi Obesitas
     Klasifikasi menurut WHO (1998)
INDEKS MASA TUBUH KATEGORI
< 18,5 Berat badan kurang
18,5 - 24,9 Berat badan normal
25 - 29,9 Berat badan lebih
30 - 34,9 Obesitas I
35 - 39,9 Obesitas II
> 39,9 Sangat obesitas
  Klasifikasi Berat Badan yang diusulkan para ahli khusus BMI untuk penduduk Asia (IOTF, WHO 2000)
-  Kategori, BMI (kg/m2) and Risk of Co-morbidities
1.  Underweight < 18.5 kg/m2
Rendah (tetapi resiko terhadap masalah-masalah klinis lain meningkat)
2.   Batas Normal 18.5 - 22.9 kg/m2
Rata rata
3.   Overweight: > 23 
At Risk 23.0 – 24.9 kg/m2
Meningkat
4.  Obese I 25.0 - 29.9kg/m2
Sedang
5.   Obese II > 30.0 kg/m2
Berbahaya
Para ahli sedang memikirkan untuk membuat klasifikasi BMI tersendiri untuk penduduk Asia. Hasil studi di Singapura memperlihatkan bahwa orang Singapura dengan BMI 27 – 28 mempunyai lemak tubuh yang sama dengan orang-orang kulit putih dengan BMI 30. Pada orang India, peningkatan BMI dari 22 menjadi 24 dapat meningkatkan prevalensi DM menjadi 2 kali lipat, dan prevalensi ini naik menjadi 3 kali lipat pada orang dengan BMI 28.
    Obesitas juga dapat diklasifikasikan berdasarkan jumlah dan ukuran dari sel sel adipose yaitu:
1.      Obesitas hiperplasti yaitu jumlah sel adipose yang lebih banyak dan lebih besar dari normal, jenis obesitas ini biasnya massive dan dimulai dari usia dini. Jumlah sel adipose ditubuh bertambah 2-4 kali lipat pada usia lahir sampai dengan 2 tahun dan relative stabil setelah masa puberty.
2.      Obesitas hipertropi yaitu jumlah sel adipose relative tetap tetapi ukurannya yang membesar, obesitas jenis ini merupakan yang umum terjadi yang lebih kepada abesitas moderate atau over weight dan umumnya terjadi pada orang dewasa.
·        Pemeriksaan Antropometri
Metode antropometri digunakan untuk menentukan status gizi, baik pada dewasa maupun anak–anak.
Antropometri berasal dari kata anthropos yang berarti tubuh, sedangkan metros berarti ukuran. Jadi secara umum, antropometri berarti ukuran dari tubuh. Sedangkan dari sudut pandang gizi, antropometri berarti pengukuran dari ukuran dan komposisi tubuh pada berbagai level usia dan variasi keadaan gizi. Fokus utama pengukuran antropometri meliputi  pengukuran dimensi tubuh seperti berat badan, tinggi badan atau panjang badan, lingkar kepala, lingkar dada, dan lingkar perut.
1.      Pengukuran Berat Badan
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat timbangan yang harus ditera secara berkala. Jenis alat timbangan sesuai dengan umur anak.
2.      Pengukuran tinggi badan
Pada anak dibawah usia lima tahun dilakukan secara berbaring. Pengukuran dilakukan dari telapak kaki sampai ujung puncak kepala. Jika pengukuran dilakukan saat berdiri maka posisi anak harus berdiri tegak lurus, sehingga tumit, bokong dan bagian atas punggung terletak pada dalam 1 garis vertikal, sedangkan liang telinga dan bagian bawah orbita membentuk satu garis horizontal.
3.      Pengukuran lingkar kepala
Pengukuran ini terutama dilakukan pada bayi sampai umur 3 tahun. Pada anak lebih dari 3 tahun bukan mnerupakan pemeriksan yang rutin. Pita ukur diletakkan pada oksiput melingkar ke arah supraorbita dan glabela.
4.      Pengukuran lingkar dada
Dilakukan pada bayi/anak dalam keadaan bernafas biasa dengan titik ukur pada areola mammae.
5.      Pengukuran lingkar perut
Pengukuran dimulai dari umbilicus melingkar kearah punggung sehingga membentuk bidang yang tegak lurus pada poros tubuh bayi/anak.

  1. Resiko Penyakit Penyerta
Dari hasil penelitian terbukti bahwa kegemukan dapat menimbulkan banyak masalah. Menderita obesitas berarti memperbesar resiko timbulnya penyakit. Kenyataan menunjukkan orang gemuk lebih mudah terserang penyakit dan angka kematian yang tinggi dibandingkan orang yang tidak gemuk.
Dari hasil statistik yang dibuat oleh Metropolitan Life Insurance co di Amerika Serikat terbukti bahwa seseorang yang berusia 45 tahun, apabila berat badannya melebihi berat badan standart sebanyak 25 pounds maka usia harapan hidupnya akan berkurang 25%. (Soetarjo, 1990).
Beberapa komplikasi yang sering menyertai penderita obesitas antara lain adalah :
1.  Penyakit Jantung Koroner
Penyakit jantung koroner yaitu penyakit yang terjadi akibat penyusutan pembuluh darah koroner. Dan berhubungan dengan obesitas. Dari hasil penelitian menunjukkan dari 500 penderita obesitas sekitar 80% mendapat resiko penyakit jantung koroner. Penelitian ini menunjukkan obesitas pada usia 20–40 tahun ternyata berpengaruh besar terhadap terjadinya penyakit jantung dibanding pada usia yang lebih tua.
2.  Diabetes Melitus
Penyakit diabetes mellitus merupakan gangguan metabolik yang bersangkutan dengan karbohidrat glukosa. Diabetes tiga kali lipat lebih tinggi pada wanita dibanding pada pria, karena adanya penimbunan lemak yang umumnya lebih banyak pada wanita. Hasil penelitian di Jakarta tahun1982 ditemukan bahwa 6,7 % penderita diabetes banyak terdapat pada orang gemuk, sedang pada orang tidak gemuk hanya 0,95%.
3.  Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)
Orang yang mempunyai kelebihan berat badan atau obesitas akan mempunyai resiko yang tinggi terhadap penyakit tekanan darah tinggi. Hasil penelitian menunjukkan frekuensi hipertensi pada usia 20 – 39 tahun meningkat dua kali lipat pada orang yang kelebihan berat badan dibandingkan yang mempunyai berat badan ideal.
4.  Penyakit kanker
Obesitas diperkirakan merupakan faktor resiko berkembangnya penyakit kanker. Hasil penelitian menunjukkan wanita yang mengalami obesitas akan mengalami resiko berkembangnya penyakit kanker payudara dan rahim. Pria dan wanita yang kelebihan berat badan tingkat kematian akibat kanker ternyata lebih tinggi, biasanya banyak terjadi pada wanita (Wirakusumah, 1994 )


  1. Dampak Obesitas
Dampak obesitas yang dapat mempengaruhi kesehatan penderitanya antara lain (Dra. Misnadiarly. 2007):
1.     Kardiovaskuler, beberapa penyakit yang dapat menyerang kardiovaskular atau pembuluh darah antara lain:
a.)    Hipertensi
Kondisi medis dimana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi (www.medicastore.com)
b.)    Penyakit arteri koroner
Arteri koroner merupakan pembuluh darah yang menyuplai jantung dengan darah. Arteri koroner itu lebih spesifiknya memberikan oksigen-oksigen yang terdapat di dalam darah ke otot–otot jantung yang terdapat di dinding jantung. Arteri koroner yang menyempit dapat menyebabkan penyakit jantung koroner.
c.)    Kegagalan Jantung
Suatu keadaan yang serius, dimana jumlah darah yang dipompa oleh jantung setiap menitnya tidak mampu memenuhi kebutuhan tubuh akan oksigen dan zat- zat makanan.
2.      Paru- paru
Dampak obesitas yang dapat mempengaruhi paru- paru antara lain (Dra. Misnadiarly, 2007):
a.)    Sindrom Pickwickan
Merupakan kondisi yang terjadi karena obesitas ditambah kurangnya oksigen dan kelebihan karbondioksida didalam tubuh yang mengakibatkan sesak napas.
b.)    Infeksi saluran pernapasan
Masuknya kuman atau mikroorganisme yang masuk kedalam saluran pernapasan mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ISPA secara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran pernafasan bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan organ adneksa saluran pernafasan. Dengan batasan ini, jaringan paru termasuk dalam saluran pernapasan (respiratory tract).
3.      Endokrin dan metabolik
Penyakit yang dapat menyerang sistem endokrin atau hormon yang mengotrol dan memadukan fungsi tubuh dan metabolisme atau proses pengolahan zat- zat yang dibutuhkan tubuh antara lain:
a.)    Diabetes Melitus
Kencing manis merupakan penyakit yang terjadi akibat terganggunya proses metabolisme gula darah di dalam tubuh. Orang dengan DM akan mempunyai kadar gula yang sangat tinggi dalam darahnya setelah makan dan akan sangat anjlok bila sedang puasa.
b.)    Perlemakan Hati
Definisi ini mengarah pada penimbunan lemak pada hati lebih dari 5%. Hal ini terutama bisa terjadi pada mereka yang menderita sindrom metabolik, obesitas, diabetes, hipertensi serta orang yang memiliki kadar kolesterol baik yang rendah. Selain itu mereka yang suka mengkonsumsi makanan tinggi karbohidrat dan lemak juga rentan mengalami masalah ini. Perlemakan hati juga bisa dipicu oleh konsumsi alkohol (DR. Unggul Budihusodo. SpPD-KGEH, 2006.)
c.)    Hipertrigliserid
Disebabkan karena kelebihan kadar trigliserid didalam tubuh. Trigliserid adalah jenis lemak yang ditemukan dalam darah. Ketika makan, tubuh mengubah kalori yang tidak segera digunakan ke dalam bentuk trigliserid.
4.      Pencernaan
 Dampak obesitas bagi pencernaan penderitanya antara lain sebagai berikut:
a.)    Kolelitiasis (Batu kantung empedu)
Batu empedu adalah timbunan kristal di dalam kandung empedu atau di dalam saluran empedu. Komponen utama dari batu empedu adalah kolesterol, sebagian kecil lainnya terbentuk dari garam kalsium. Cairan empedu mengandung sejumlah besar kolesterol yang biasanya tetap berbentuk cairan. Jika cairan empedu menjadi jenuh karena kolesterol, maka kolesterol bisa menjadi tidak larut dan membentuk endapan di luar empedu.
b.)    Kolesistitis ( radang kantung empedu)
Peradangan dari dinding kandung empedu, biasanya merupakan akibat dari adanya batu empedu di dalam duktus sistikus, yang secara tiba-tiba menyebabkan serangan nyeri yang luar biasa.
5.      Kanker
Obesitas juga bisa menyebabkan penderitanya menderita kanker. Kanker yang dipicu oleh obesitas antara lain:
a.)    Untuk pria jenis kanker yang mungkin muncul adalah:
1.)    Usus besar
Kanker usus besar awalnya menimbulkan gejala gangguan pola defikasi artinya secara berangsur-angsur penderita merasa tidak nyaman diperut kemudian mulas yang sukar diterangkan sebabnya dilanjutkan dengan diare .
2.)    Prostat
Prostat adalah kelenjar seks pada pria yang berukuran kecil, terletak di bawah kandung kemih dan mengelilingi saluran kencing. Kanker prostat adalah penyakit kanker yang menyerang kelenjar prostat, dimana sel-sel kelenjar prostat tumbuh secara abnormal tak terkendali sehingga mendesak dan merusak jaringan sekitarnya bahkan dapat mengakibatkan kematian. 
b.)    Sementara untuk wanita jenis kankernya antara lain:
1.)    Payudara
Kanker payudara adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker bisa mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak maupun jaringan ikat pada payudara.
2.)    Leher Rahim
Kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada servik uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina). Kanker ini biasanya terjadi pada wanita yang telah berumur, dapat juga menyerang wanita yang berumur antara 20 sampai 30 tahun.
3.)    Ovarium
Kanker Ovarium merupakan penyebab kematian terbanyak dari semua kanker ginekologi. Di Amerika Serikat pada tahun 2001 diperkirakan jumlah penderita Kanker Ovarium sebanyak 23.400 oarng yang diperkirakan meninggal sebanyak 13.900 orang. Angka kematian yang tinggi ini disebabkan karena penyakit ini pada awalnya bersifat asimptomatik dan baru menimbulkan keluhan apabila sudah terjadi metastasis, sehingga 60% - 70% pasien datang pada stadium lanjut, sehingga penyakit ini disebut juga sebagai silent  killer.
4.)    Empedu
Penyakit ini sering terjadi pada lansia (50tahun),wanita sedikit lebih banyak dari pria. Operasi adalah terapi pilihan pertama. Tapi karena penyakit ini memiliki gejala klinis dan temuan pencitraan yang tidak khas sehingga sulit didiagnosis dini, sekitar 70% kanker kandung empedu ketika didiagnosis sudah stadium lanjut, peluang operasi menjadi kecil.
·        Psikologis
Dampak obesitas bagi psikologis penderitanya antara lain (Dra. Misnadiarly. 2007):
1.      Stres
a.)    Bersifat kumulatif, artinya stres yang satu belum terselesaikan telah muncul stress yang lain.
b.)    Tidak diharapkan, karena tidak direncanakan dan datangnya mendadak.
2.      Kecemasan
a.)    Rasa khawatir yang dimanifestasikan dalam bentuk reaksi fisik dan mental dalam menghadapi bahaya luar, baik yang nyata maupun tidak nyata.
b.)    Normal terjadi kalau rasa khawatir itu datang karena adanya masalah yang dianggap sebagai bahaya luar yang negatif, dimana besarnya kekhawatiran tersebut sesuai dengan besarnya masalah yang dihadapi.
3.      Biasanya disertai faktor yang bentuknya berbeda beda setiap pasien.
a.)    Ada yang merasa jengkel dengan kegemukannya dan menarik diri dari pergaulan dan berjanji akan mengontrol berat badannya.
b.)    Pada saat kesepian justru lari kepada makanan, ada lagi yang kembali makan banyak kalau sedang jengkel.
4.      Faktor yang mempengaruhi dampak obesitas terhadap psikologis penderitanya:
 a.)    Kepribadian Pasien
Kalau ada imaturitas atau konflik bawah sadar, akan terjadi hubungan lingkaran setan antara kecemasan, obesitas, dan kecemasan yang disertai depresi. Begitu seterusnya sampai menjadi kronis atau terputus lingkaran deritanya, kalau mendapat pertolongan dari psikiatris/ psikiater.
b.)    Jenis kelamin
Wanita lebih cemas dengan obesitas (berkaitan dengan kecantikan ) dibandingkan dengan pria. Wanita yang pasangannya penuh pengertian dan tetap sayang walaupun tubuhnya menjadi ekstra gemuk, lebih tenang menghadapi obesitasnya daripada wanita dengan pasangan yang kurang baik serta tidak pengertian, kecemasannya pun semakin meningkat, lingkaran setan tersebut di atas sukar diputus.
c.)    Lingkungan budaya
Faktor lingkungan setempat dan faktor orang-orang di sekitarnya juga berpengaruh pada masalah kecemasan dan stress obesitas yang akan beruntun atau berlanjut menjadi stress- stress lainnya lagi yang butuh penanggulangan dan diatasi, serta perlu diteliti lebih lanjut (Dra. Misnadiarly. 2007).

  1. Pengobatan dan  Penanggulangan Obesitas
Pada prinsipnya diet yang dianjurkan adalah rendah kalori, seimbang atau cukup mengandung zat- zat gizi. Penurunan berat badan sebaiknya dilakukan secara bertahap, yang baik adalah 0,5  – 1 kg/minggu. Bagi orang kelebihan berat badan atau obesitas yang harus dilakukan tidak hanya pengaturan makanan atau rendah kalori tetapi juga harus disertai dengan peningkatan aktivitas fisik. Penanggulangan obesitas yang tepat adalah olah raga yang cukup porsinya dan diet yang cepat (Lisdiana, 1998).
Obesitas dapat ditanggulangi dengan cara pengobatan dietetik yang bertujuan menurunkan berat badan secara berangsur- angsur dengan jalan mengurangi masukan energi dibawah kebutuhan, faktor yang dapat menurunkan berat badan pada obesitas dalam jangka waktu yang lama adalah pengurangan asupan kalori yang berasal dari makanan sampai dibawah kalori yang dibutuhkan oleh tubuh (Moehji, 1992)
a.      Tips- tips yang dapat dilakukan untuk menjauhi obesitas
1.      Pilihlah bahan makanan sesuai dengan bahan makanan lokal dan dikenal.
2.      Distribusi makanan dalam sehari harus seimbang, jangan ada waktu makan yang ditinggalkan.
3.      Porsi makanan tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit.
4.      Lemak dan minyak 20- 30% dari energi total.
5.      Karbohidrat 55- 65% dari energi total.
6.      Protein tidak lebih dari 15% energi total.
7.      Mengkonsumsi buah, sayur, kacang- kacangan dan biji- bijian.
8.      Gula dan alkohol harus dibatasi.
b.      Diet
1.      Diet rendah kalori (Low Calorie Diet)
Diet dengan 1000 – 1200 kkal/ hari, yang dapat menurunkan 8-15 % dalam waktu  sampai 12 bulan, tetapi harus diikuti dengan program mempertahankan berat badan yang sudah turun. Diet ini menganjurkan rendah lemak untuk mengurangi kalori. Diet ini dianjurkan untuk menurunkan berat badan pada orang dengan berat badan lebih atau penderita obesitas.
2.    Diet sangat rendah kalori ( Very low calorie diet)
Dapat menginduksi penurunan berat badan secara cepat samapi 1,0- 1,5 kg per minggu atau 20 kg selama 3 bulan. Tetapi untuk jangka panjang penurunan berat badan secara cepat pada tahap awal program jangka pendek pada orang dengan indeks massa tubuh lebih dari 30. Karena lebih berisiko, maka diet ini harus dibawah pengawasan dokter. Diet ini sangat miskin mikronutrien, maka harus diberikan suplamen vitamin- mineral.
 3.      Diet rendah karbohidrat – tinggi protein (Atkin’s diet/  Tiger’s diet)
Diet ini sangat efektif di awal namun dapat membahayakan dalam jangka panjang karena dengan mengurangi asupan karbohidrat dan menambah protein dengan harapan akan membantu tubuh membakar lemak lebih. Tetapi apabila hal itu dilakukan terus menerus, maka pada saat proses katabolik, yang mana protein diubah menjadi glukosa sebagai energi, protein akan diambil dari otot yang akan menyebabkan berkurangnya massa otot. Dan pada saat perubahaan protein menjadi glukosa itu menghasilkan sisa buangan berupa nitrogen yang harus dibuang melalui urin dan keringat. Nitrogen yang dibuang melalui urin ini jelas akan membebani ginjal. Jadi semakin rendah asupan karbohidrat, semakin tinggi intensitas latihan dan semakin banyak protein yang dikonsumsi, dalam waktu yang lama, akan merugikan ginjal kita. Banyak minum air yang diharapkan akan melancarkan proses ginjal, juga akan membebani ginjal apabila diet seperti ini diteruskan karena sisa buangan tersebut tetap harus melewati ginjal kita.
4.      Tips- tips agar diet berhasil dan berjalan lancar
a.)      Makan tidak tergesa- gesa dan suapan tidak besar
b.)     Batasi porsi yang akan dimakan
c.)    Batasi kandungan lemak, margarin, mentega, dan minyak
d.)     Hindari makanan berkalori tinggi
e.)   Perbanyak makan buah dan sayur serta minum jus buah
f.)     Minta dukungan teman dan keluarga
g.)    Konsultasi ke dokter
c.       Liposuction (sedot lemak)
Teknik mengeluarkan lemak tubuh dengan cara disedot. Tindakan ini juga bermanfaat untuk membuang lemak tubuh di bagian tubuh yang tidak diinginkan sehingga bentuk tubuh secara kosmetik lebih baik. Selain itu, sedot lemak juga digunakan sebagai pengobatan kegemukan sehingga mengurangi penyakit akibat kegemukan dan membuat kualitas hidup penderita menjadi lebih baik.
d.      Teknik injeksi lemak
Metode untuk menghancurkan lemak dengan obat suntik. Biasanya digunakan phosphatydyl-choline atau de-oxycolic acid. Pada suntik lemak, lemak tidak dikeluarkan melainkan dihancurkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan anda berkomentar terkait dengan artikel (kesehatan), diharap jangan melakukan spam.